Rabu, 11 November 2009

kota

obat

2/18/2009

Gelombang Otak (bag.2) Dan Konsentrasi Belajar Murid

Pada bagian ke dua tentang gelombang otak dan fungsinya, kali ini saya akan melanjutkan tentang gelombang otak dan hubungannya dengan konsentrasi belajar murid serta perkembangan emosi mereka.


Pada murid-murid dari keluarga kurang harmonis, atau dengan latar belakang kekerasan dalam rumah tangga, atau kekerasan yang terjadi pada lingkungan sosialnya, maka banyak didapati di antara mereka dalam keadaan gelisah, tidak bisa konsentrasi dalam belajar, dan ada indikasi suka menyerang dan merusak, suka membantah, membangkang, atau sebaliknya malahan sangat pasif.


Sedangkan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus, yang sukar konsentrasi, serta banyak gerak dan suka menganggu, maka keberadaan mereka sering membuat para guru maupun lingkungannya juga ikut 'nervous'. Atau pada orang dewasa yang otaknya selalu aktif dan gelisah, maka mereka juga mempunyai pengaruh yaitu membuat gelisah lingkungan kerja, lingkungan sosial, dan yang terparah adalah memberi pengaruh negative kepada keluarganya sendiri. Sehingga anak-anak juga berkembang dalam lingkungan yang gelisah dan tidak tenang. Otak mereka juga dalam keadaan bising, tidak bisa jenak, serta gelisah.

Padahal untuk belajar, maupun konsentrasi mengerjakan tugas dan pe-er maupun untuk orang dewasa ketika bekerja, baik anak-anak maupun orang dewasa butuh duduk tenang karena mereka membutuhkan mengalihkan dari gelombang Beta menjadi Alfa. Atau pada saat butuh istirahat dan tidur, mereka membutuhkan otak mereka dalam lebih tenang lagi yaitu keadaan Delta. Bagaimana seseorang anak bisa belajar dan konsentrasi dan bagaimana seseorang anak bisa istirahat dengan tenang bila keadaan rumah mereka selalu bising dengan suasana muram tanpa senyum dan tanpa ketenangan batin?

Pun juga dalam masyarakat yang mengalami carut-marut, luka batin akibat kekerasan sosial maupun bencana alam yang dahsyat (tsunami di Aceh, gempa bumi di beberapa tempat di Indonesia, kekerasan yang terjadi di Poso, Ambon) yang terjadi di lingkungan mereka; maka generasi mudanya akan mengalami dampak pada proses belajar dan perkembangan emosi mereka. Anak-anak telah terbiasa mengalami ketakutan akan terjadinya kekerasan atau bencana alam berikutnya?.

Mereka juga saksi mata melihat kekerasan di lingkungan mereka, atau bahkan mereka menyaksikan keluarganya menjadi korban kekerasan. Mereka juga mengalami kehilangan keluarganya dalam bencana alam. Dan kejadian-kejadian tersebut akan selalu membekas di benak anak-anak yang mengalaminya, sehingga menjadikan peristiwa tersebut sebagai trauma masa lalu yang menghantui masa-masa berikutnya. Keadaan emosi anak-anak ini akan labil dan selalu gelisah serta ketakutan. Tentu saja gelombang otak mereka, seandainya direkam akan mampu menceritakan perasaan terdalam mereka yang susah diutarakan melalui kata-kata; akan tetapi bisa direkam melalui EEG. Bagaimana mungkin seorang anak yang mengalami trauma kekerasan di masa lalu akan mampu belajar dengan tenang? Kita bisa membayangkan hasil pembelajaran yang dilakukan di sekolah-sekolah di daerah kekerasan tentu berbeda dengan di sekolah-sekolah di daerah yang penuh kedamaian.


Untuk belajar dengan baik, seseorang perlu mengaktifkan gelombang Alfa. Untuk mengaktifkan gelombang Alfa, seseorang membutuhkan dirinya dalam keadaan rileks. Trauma masa kecil, kegelisahan di dalam rumah maupun di masyarakat membuat seorang anak ikut gelisah dan sulit membuat dirinya dalam keadaan tenang dan relaks. Tentu hal ini akan mempengaruhi konsentrasi belajar murid-murid, menganggu proses belajar dan mengajar di sekolah, dan juga akhirnya mempengaruhi hasil dari proses belajar dan mengajar. Nah, ini juga yang perlu dipikirkan oleh para Pendidik Nasional dan para Pembuat Peraturan Pendidikan tentang Ujian Nasional. Apakah murid-murid di daerah yang mengalami kekerasan dan bencana alam harus mempunyai standar yang sama dengan daerah yang tentram dan damai?

Apakah ada sekolah yang mengajarkan murid-muridnya cara-cara untuk rileks sebelum belajar, atau cara-cara untuk mendamaikan pikiran sendiri ketika panik dan trauma kembali mendatangi mereka? Sayangnya boleh dikatakan hampir tidak ada sekolah yang mengajarkan teknik-teknik pembebasan perasaan/emosi dari rasa takut, nervous, amarah, kebencian, maupun luka batin kecuali Bimbingan Penyuluhan (BP) yang penuh dengan kata-kata wejangan. Padahal mereka membutuhkan suatu cara bagaimana melepaskan tekanan di batin mereka secara nyata. bukan hanya melalui kalimat-kalimat wejangan.


Untuk membuat rileks, sebenarnya ada beberapa cara-cara yang bisa dilakukan, dan mudah dilakukan, antara lain:


1. Teknik pernafasan:Pernafasan yang dalam dan teratur akan membantu seseorang lebih mudah berkonsentrasi. Ada beberapa teknik pernafasan untuk membantu seseorang melepas stress dan emosi negativenya. Tarik nafas lembut dari hidung lalu mengeluarkannya keras melalui mulut sambil bersuara:" Haaahhh!!" akan membantu mengeluarkan perasaan tertekan, marah, maupun takut. Bernafas dengan dalam dan teratur akan membuat seseorang lebih relaks. Bagi yang ingin membaca tentang teknik pernafasan lebih lanjut, silakan klik di http://griyalarasati.blogspot.com/, dengan judul :'Pranayama: Nafas untuk Kedamaiandan Kesehatan'. Dengan pernafasan, Anda akan mudah membawa diri Anda ke dalam gelombang Alfa, dan mudah berkonsentrasi. Pernafasan mudah dilakukan dan tanpa biaya sepeserpun. Capacitar, juga mengajarkan teknik 'Ho-Ho' salah satu gerakan dari Pal Dan Gum (senam kuno dari Korea), untuk melepaskan energi negative dan kemarahan melalui gerakan boxing/meninju sambil berteriak:'Ho-Ho'.... Teknik ini menjadi salah satu teknik favorit peserta.


2. Relaksasi: Teknik relaksasi mudah diajarkan baik kepada anak-anak maupun kepada orang dewasa. Hasilnya akan cepat membawa seseorang ke gelombang Alfa. Salah satu teknik reklaksasi yang bisa Anda pelajari, bisa membaca artikel: 'Teknik Relaksasi: Genggam Jari Untuk Keseimbangan Emosi' serta 'Sentuhan Relaksasi bagian ke tiga' di juga di blog Griya Larasati Kedua teknik tersebut akan membantu Anda berada dalam keadaan pada gelombang Alfa sehingga selesai mempraktikkannya, Anda akan mudah berkonsentrasi untuk belajar, membaca, maupun melakukan pekerjaan lainnya yang membutuhkan konsentrasi. Seorang teman saya sering memijat jari-jari anaknya apabila sang buah hati sedang gelisah. Hasilnya sang buah hati menjadi tenang kembali. Dan siap untuk mengerjakan pe-er dengan lebih baik.

3. Gerakan untuk keseimbangan emosi: Emosi yang berlebihan ataupun yang pasif, bisa dinetralkan dan dibawa ke dalam gelombang Alfa dengan melakukan beberapa gerakan yang bisa menenangkan pikiran. Salah satunya dengan tarian yang gerakannya sederhana dan berulang-ulang diiringi lagu yang mempunyai beat menenangkan. Dalam pelatihan Relaksasi Capacitar (http://www.capacitar.org/), ada beberapa buah tarian yang menenangkan, misalnya Leadership Dance/Healing Dance dan Water Dance. Bisa juga dilakukan dengan beberapa gerakan dari Brain Gym disertai musik yang tepat.

Catatan: Dalam pelatihan relaksasi, kadang-kadang saya mengajak peserta untuk memejamkan mata, lalu bergerak dan mengikuti irama musik berirama lembut yang mereka dengar. Setelah itu, mereka menjadi lebih tenang dan masuk ke gelombang Alfa selain menenangkan juga melatih konsentrasi.


4. Mendengarkan musik instrumentalia: Mendengarkan musik yang tenang dan lembut dengan ritme yang lambat akan membantu Anda cepat memasuki gelombang Alfa. Jadi apabila Anda atau anak remaja Anda sedang belajar, lebih bijaksana bila lagu yang didengarkan adalah lagu intrumentalia dari lagu aslinya yang tidak mempunyai lirik, serta berirama lembut. Selain 'beat' nya membuat tenang juga Anda dan anak Anda tidak akan memakai sebagian konsentrasi untuk mengikuti atau menggumamkan lirik lagunya. Bila musiknya mempunyai lirik, walaupun dalam bentuk instrumentalia maka kita akan cenderung menggumamkan liriknya.


5. Aroma Therapy: Aroma tertentu akan membuat Anda menjadi lebih tenang. Karena ada bagian dari otak kita yang akan bereaksi terhadap aroma. Untuk itu pilihlah aroma yang menenangkan, misalnya lavender atau jasmine. Aroma terapi tentu sulit dan kurang tepat dilakukan di dalam kelas, akan tetapi orang tua yang penuh perhatian bisa melakukannya di rumah masing-masing. Tentu saja ini membutuhkan biaya. Aroma terapi yang mahal bisa digantikan dengan meletakkan bunga-bunga yang beraroma menyejukkan di dalam ruangan terutama tempat belajar anak, misalnya bunga melati, lavender, irisan daun serei.

6. Melakukan rehat sebentar sambil melakukan sebuah permainan bersama dalam kelas yang secara tidak langsung akan membawa murid untuk lebih berkonsentrasi. Setelah itu lalu guru akan siap mengajar lebih baik dan murid akan mendengarkan lebih cermat.

7. Menciptakan suasana 'aman' dan 'menyenangkan' yang membuat anak-anak betah belajar. Sebagai pendidik atau ortu, kata-kata yang kita pergunakan bisa menimbulkan gelombang Alfa yang akan membantu proses belajar atau malahan menghilangkan gelombang Alfa yang sangat dibutuhkan oleh anak-anak untuk berkonsentrasi. Suasana rumah tangga adalah awal di mana anak merasa aman dan bisa fokus selanjutnya di sekolah. Bila anak gelisah, nomer satu yang perlu melakukan interospeksi adalah ortu, nomer dua kemudian adalah guru kelas.

Tentu masih banyak cara yang bijaksana yang seorang guru bisa lakukan di dalam kelas apabila murid-muridnya sedang kehilangan gairah belajar, atau seorang ortu yang melihat anaknya di rumah mala belajar. Menghukum dan memarahi anak yang sedang kurang belajar adalah bukan sebuah tindakan yang bijaksana.


Adi W. Gunawan dalam bukunya yangberjudul:'Born to be a Genius', menuliskan bahwa kita mempunya rentang fokus optimal. Misalnya anak berusia 5 tahun rentang fokus optimalnya adalah 5 menit, selebihnya anak sulit fokus dan ini seninya mengajar di TK, guru-gurunya harus super sabar, dan seharusnya merekalah yang disebut 'Guru Besar', bukannya guru (anak-anak) kecil. Rentang fokus optimal orang dewasa adalah 30 menit. Jadi rentang fokus optimal murid SD, SMP dan SMA tentunya kurang dari 30 menit. Padahal di kelas sering ada pelajaran yang cukup lama. Idealnya, menurut Adi W. Gunawan, waktu 30 menit dibagi menjadi 3 bagian: -5 menit pertama masa persiapan bisa digunakan untuk relaksasi (agar tercapai gelombang Alfa) guna menentukan tujuan belajar. Kemudian 20 menit selanjutnya adalah proses belajar. Dan 5 menit terakhir untuk refleksi.

Jadi apabila Anda mengajar selama 90 menit, maka ada 15 menit rentang untuk istirahat, dan bisa diberikan pada akhir sesi mengajar. Dan 15 menit istirahat benar-benar diberikan untuk keluar dari ruangan dan ganti suasana sehingga otak tidak merasa jenuh dan lelah. Biarkan murid-murid Anda mengistirahatkan otaknya sejenak dengan bermain atau melakukan olah gerak, tertawa, makan snek, menghirup udara segar, dan bersosialisasi sebelum meraka belajar kembali dan menggunakan otaknya secara maksimal.

Beberapa tips di bawah ini SANGAT MENENTUKAN dan EFEKTIF diterapkan supaya anak SUKA BELAJAR:

1. SUASANA YANG MENYENANGKAN adalah SYARAT MUTLAK yang diperlukan supaya anak suka belajar. Menurut hasil penelitian tentang cara kerja otak, bagian pengendali memori di dalam otak akan sangat mudah menerima dan merekam informasi yang masuk jika berada dalam suasana yang menyenangkan.

2. Membuat ANAK SENANG BELAJAR adalah JAUH LEBIH PENTING daripada menuntut anak mau belajar supaya menjadi juara atau mencapai prestasi tertentu. Anak yang punya prestasi tapi diperoleh dengan terpaksa tidak akan bertahan lama. Anak yang bisa merasakan bahwa belajar adalah sesuatu yang menyenangkan akan mempunyai rasa ingin tahu yang besar, dan sangat mempengaruhi kesuksesan belajarnya di masa yang akan datang.

3. Kenali tipe dominan CARA BELAJAR ANAK, apakah tipe AUDITORY (anak mudah menerima pelajaran dengan cara mendengarkan), VISUAL (melihat) ataukah KINESTHETIC (fisik). Meminta anak secara terus menerus belajar dengan cara yang tidak sesuai dengan tipe cara belajar anak nantinya akan membuat anak tidak mampu secara maksimal menyerap isi pelajaran, sehingga anak tidak berkembang dengan maksimal.

4. Belajar dengan JEDA WAKTU ISTIRAHAT setiap 20 menit akan JAUH LEBIH EFEKTIF daripada belajar langsung 1 jam tanpa istirahat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak mampu melakukan konsentrasi penuh paling lama 20 menit. Lebih dari itu anak akan mulai menurun daya konsentrasinya. Jeda waktu istirahat 1-2 menit akan mengembalikan daya konsentrasi anak kembali seperti semula.

5. Anak pada dasarnya mempunyai naluri ingin mempelajari segala hal yang ada di sekitarnya. Anak akan menjadi SANGAT ANTUSIAS dan SEMANGAT untuk belajar jika isi/materi yang dipelajari anak SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK. Anak akan menjadi mudah bosan jika yang dipelajari terlalu mudah baginya, dan sebaliknya anak akan menjadi stress dan patah semangat jika yang dip

Tidak ada komentar:

Posting Komentar